THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 14 Mei 2011

Hujan kali ini begitu sunyi.
mungkin menangisi seseorang yang tlah kembali. apakah hujan juga bertanya "kapan ku kan pulang?"
tidak untuk saat ini..
mungkin itulah kenapa hujan slalu menangis.

"Hai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi di Ridhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, maka masuklah ke dalam surga-Ku" (Qs Al-Fajr 27:30)

Bumi menjadi basah...
apa di surga juga ada hujan?
hanya Allah yg tahu.

Allahumma inni as-alukaridhaaka wal jannah.
amin

p.h.h

Duistere Poezie, aku tak mengerti sampai aku menyukainya. Masih saja terpikirkan Fur Elipse yang dimainkan dengan sentuhan magnet pikiranmu. Barangkali itu, yang membuat ketiadaan jadi jernih. Sederhana tapi berukir rumit.
Kini, hampir 2 tahun lebih. Ingatan telah habis tercium wangi hujan. Semua jalan & keadaan hanya visi yang tak bertuan. Tak ada lagi kesendirian yang diperkosa kebebasan..
Angin memang berubah, takkan ku ikuti lagi. Biarlah perubahan hanya milik waktu yang terikat rumus, tapi tetaplah disini. Digenggamanku.
Setiba disini, dimataku.. beeldgevend lukisanmu. Memang itu, lalu lenyaplah..
Seperti Bethoven tanpa missa solemnis, Ku kerjakan.. Ku rasakan.

Mein 5

Yang ada hanyalah sebuah titik kehilangan yg mencium wangi kematian hingga menerawang pada dasar keabadian. Dan menyusuri garis luka, adalah hujan yang terkunci di hela angin berlalu dinginnya hujan...

Sekarang, diam berdiri sejajar dengan keramaian yg tertahan...

Pada akhirnya juga, penyesalan bukanlah apa yg aku tanamkan di sebuah keabstrakan. Jadi jangan bicara lagi, suara tak pasti berisi ungkapan bisikan dimengerti.